Entri Populer

Rabu, 08 Desember 2010

hipertensi


A.     Konsep Dasar Hipertensi
  1. Pengertian
            Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, 2000).
            Hipertensi adalah merupakan tekanan darah tinggi yaitu tekanan diastolik mencapai 140 mmHg atau lebih terapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal, hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan diastol terus meningkat sampai usia 80. Kemudian berkurang perlahan-lahan atau bahkan menurun drastis (Dingharmanto, 2009).
            Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, tekanan darah tinggi mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikatagorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikendali dan dapat diperbaiki (Doengoes, 1999).
            Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup berlebihan (Hidayat, 2006).
  1. Etiologi Hipertensi
a.       Penyebab hipertensi secara pasti belum diketahui, pada sekitar 95% kasus hipertensi bentuk hipertensi idiopatik (Sylvia, 2005).
b.      Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1)            Hipertensi esensial yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus, banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpati sistem renin-agiotensin, defek dalam ekresinya. Peningkatan Na dan Ca, intraselular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2)            Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus, penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiper aldosteronisme, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain (Mansjoer, 2000).

c.       Pada lebih dari 90% pasien yang menderita hipertensi peningkatan tekanan darah, penyebab hipertensi tidak diketahui dengan jelas dan bisa dikaitkan dengan hipertensi esensial (idiopatik) (Ganong, 2002).
d.      Secara umum masing-masing faktor tidak sama kuatnya untuk dapat menimbulkan hipertensi pada individu tertentu faktor-faktor tersebut antara lain keturunan, konsumsi garam, obesitas, sosial, budaya, dan lain-lain sebagainya (Smeltzer, 2000).
  1. Patofisiologi 
Menurut Smeltzer, 2001 patofisiologinya adalah 
1.      Manifestasi klinis
a.       Tanda dan gejala hipertensi adalah :
1)      Sakit kepala
2)      Kelelahan
3)      Mual
4)      Muntah
5)      Sesak nafas
6)      Gelisah
7)      Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.
Pada penderita hipertensi berat bisa terjadi penurunan kesadaran dan bahkan koma. Karena terjadi pembengkakan otak keadaan ini disebut ensefalopati hipertensi, yang memerlukan penanganan segera (Dingharmanto, 2009).
            Adapun tanda dan gejala hipertensi menurut Smeltzer (2001) adalah : pada pemeriksaan fisik mungkin hendak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina. Penyempitan pembuluh darah dan kasus berat edema pupil. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak nampak gejala sampai bertahun-tahun, gejala bisa ada biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler dan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah  bersangkutan, penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai inpertensi, hipertrovi pentrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan, bukan kerja ventrikel. Saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat, apabila jantung tidak mampu lagi menahan beban kerja maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada makanan hari) dan ozolemia (peningkatan hidrogen urea darah, BUN dan kreatinin) keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transon yang manifestasi sebagai paralisis sementara pada suatu sisi (hemi plegi) atau gangguan tajam penglihatan pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infakr otak mencapai 80%.
            Menurut Mansjoer (2001) tanda dan gejala hipertensi adalah peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung, gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.
2.      Komplikasi
Menurut Mansjoer (2010) adapun komplikasi hipertensi yang sering terjadi adalah :
a.       Stroke, yaitu komplikasi lanjur daripada hipertensi yang sering terjadi
b.      Serangan jantung
c.       Dekompensasi jantung
d.      Serta gagal ginjal
e.       Gangguan kehamilan
3.      Penatalaksanaan
            Tujuan di deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan, tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko, hal ini dapat dicapai melalui memodifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anti hipertensi.
Kelompok resiko dikatagorikan menjadi :
a.       Pasien dengan tekanan darah pembatas atau tingkat 1, 2, dan 3 tanpa gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, atau faktor resiko lainnya, bila dengan memodifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat anti hipertensi.
b.      Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lain, tetapi memiliki satu atau lebih faktor resiko yang tertera diatas, namun bukan DM, jika terdapat beberapa faktor maka harus cepat diberikan obat anti hipertensi.
c.       Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas faktor resiko, usia lebih dari 60 tahun, merokok, diabetes militus, jenis kelamin (wanita menopouse) riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.
            Penatalaksanaan hipertensi juga dapat menganjurkan pasien untuk memakai obat anti hipertensi dan turunkan jumlah dosisnya yang disediakan dengan mematuhi langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indek masa tubuh > 27 kg)
b.      Membatasi alkohol
c.       Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-35 menit/hari)
d.      Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2.4 gr Na/6 gr Nacl/hari).
e.       Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmHg/hari)
f.        Mempertahankan asupan kalium dan magnesium yang adekuat
g.       Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
            Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan lebih dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah 200/120 mmHg harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat dirumah sakit (Mansjoer, 2000).
            Penatalaksanaan hipertensi pada pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg, efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi komplikasi biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
            Menurut Smeltzer 2001 beberapa penemuan menunjukkan bahwa pendekatan non farmakologis termasuk penurunan berat badan. Pembatas alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi-anti hipertensi, apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria merokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap di atas 85 mmHg atau 95 mmHg dan sistolik diatas 130 sampai denghan 139 mmHg maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Menurut Mansjoer (2000) skema Penatalaksanaan Hipertensi adalah sebagai berikut :








Mulai atau lanjutkan perubahan kebiasaan hidup
 





 
































Tekanan darah yang dituju tidak tercapai
 









Ganti dengan obat dan golongan lain
 







Tekanan darah yang ditujukan tidak tercapai
 






Tambahkan obat dari golongan lain pertimbangkan untuk ditujukan pada dokter spesialis hipertensi  
 
 
















B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1)      Pengkajian
            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2001).
            Pada pengkajian, data yang perlu dikaji adalah identifikasi pasien, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, penanggung jawab, riwayat penyakit, riwayat penyakit keturunan dan kesehatan (Nursalam, 2001).
            Yang perlu dikaji pada pasien dengan hipertensi menurut Doenges (1999), yaitu :
a.       Aktivitas dan istirahat
Gejala        :  Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda         :  Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.
b.      Sirkulasi
Gejala     :  Riwayat hipertensi, arterikorosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda      :  Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Nadi (denyut jelas dari karotis, jugularis radiasis, perbedaan denyut seperti denyut femoralis lambat sebagai kompensasi denyutan radiasis atau brakialis, denyut apikal, frekwensi irama, takikardia, berbagai disritmia.
1)      Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertrovi pentrikel kiri.
2)      Desiran vaskuler terdengar diatur karotis.
3)      DVJ (Distensi Vena Jugularis) (konghesif vena).
4)      Ekstemitas : perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat tertunda (Vasokontriksi)
5)      Kulit pucat sianosis dan diaforesis (konghesif/ impoksemia) kemerahan (Feoktomosiroma).
c.       Integritas Ego
Gejala        :  Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, eukoria atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stres multipel (hubungan yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda         :  Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu pertahanan, tangisan yang meledak, gerak tangan sempit, otot muka tegang (khususnya tentang mata) gerakan fisik cepat pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d.      Eliminasi
Gejala        :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi abstruktif atau riwayat penyakit masa lalu).
e.       Makanan dan cairan
Gejala        :  Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol seperti makanan yang digoreng-goreng, keju, telur, gula-gula yang berwarna hitam, mual muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat turun) riwayat penggunaan diuretik.
Tanda         :  Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, kongesti vena, DVJ (Distensi Vena Jugularis) glikosusia (hampir 10% pasien diabetik adalah diabetes).
f.        Neurosensori
Gejala        :  Keluhan pening/pusing berdenyut, sakit kepala, suboksifital (terjadi saat bangun dan menghilang, skala spontan setelah beberapa jam)
1)      Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
2)      Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan, kabur).
3)      Episode efitaksis
Tanda         :  Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek proses pikir atau memori (ingatan). Respon motorik, penurunan kesehatan genggaman tangan dan atau reflek tendon dalam.
g.       Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala        :  angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung) nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi sakit kepala okapital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.


h.       Pernafasan
Gejala        :  Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea nonturnal patoksismal, batuk tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda         :  Bunyi nafas tambahan, distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, sianosis. 
i.         Keamanan
Keluhan/gejala     :  Gangguan koordinasi/cara berjalan, episode perestasia, unilateral, transen, hipotensi posrural.
j.        Pembelajaran/penyuluhan
Gejala     :  Faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit cerebrosvaskular ginjal. Faktor-faktor resiko etnik seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara. Penggunaan PUKB atau hormon lain penggunaan obat-obatan/alkohol.
Pertimbangan/rencana pemulangan : DRG menunjukkan rata-rata
-         Bantuan dengan pemantauan lamanya riwayat 4-2 hari diri TD.
-         Perubahan dalam terapi obat.
2.      Analisa Data
            Analisa data adalah pemeriksaan dan mengkatagorikan informasi untuk mendapatkan sebuah kesimpulan tentang kebutuhan pasien (Doenges, 1999).
Ada 2 tipe data, yaitu :
a.       Data subjektif, adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
1)      Mengatakan nyeri yang ada dibagian kepala
2)      Mengatakan bagian kuduk terasa kaku
3)      Mengatakan tidak adanya nafsu makan
4)      Mengatakan muntah pada saat makan
5)      Mengatakan seluruh tubuh terasa lemas
6)      Mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas.
b.      Data objektif, adalah data yang dapat di observasi dan diukur.
1)      Aktivitas dan istirahat adanya gejala kelelahan dengan tanda frekuensi jantung meningkat
2)      Sirkulasi dengan ditandai adanya riwayat hipertensi dengan gejala peningkatan tekanan darah.
3)      Integritas ego dengan gejala ansietas dan depresi dengan tanda suasana hati gelisah, otot muka tegang.
4)      Eliminasi adanya gejala gangguan ginjal dengan tanda infeksi dibagian perut dan ginjal.
5)      Makanan dan cairan adanya gejala makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam dengan tanda berat badan normal atau obesitas.
6)      Neurosensori adanya gejala keluhan pening/pusing dengan tanda penurunan kesehatan gangguan tangan dan reflek tendom dalam.
7)      Pernafasan dengan gejala dipnea dengan tanda bunyi nafas tambahan seperti rongchi.
8)      Nyeri ketidaknyamanan dengan gejala nyeri hilang timbul pada tungkai dan sakit kepala dengan tanda lemas dan pusing rasa tidak nyaman.
9)      Keamanan dengan gejala cara berjalan dengan tanda melemasnya anggota gerakan.
10)  Pembelajaran penyuluhan.
3.      Diagnosa Keperawatan
            Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dan individu dan kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan pembatasan mencegah dan merobah (Carpenito, 2000).
            Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis yang timbul pada hipertensi menurut Doengoes (1999) adalah :
a.       Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan vasokontriksi
Tujuan     :  Menetralkan tekanan darah (dan beban kerja jantung).
Kriteria hasil     :
1)  Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.
2) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
No
Intervensi
Rasional
1.













2.







3.







4.



5.





6.




7.
Pantau TD, ukur pada kedua tangan paha untuk evaluasi awal, gunakan ukuran maset yang tepat dan teknik yang akurat.










Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan ferever.






Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.






Catat edema umum/tertentu.



Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.




Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.



Diuretik 100p mis : furosemid asam etakmik, bumeretanid.
Hipertensi berat di klasifikasikan pada orang dewasa  sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130, hasil pengukuran diastolik diatas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama kemudian maligna, hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang ditentukan untuk penyakit serebrosvaskuler dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolik 90-115.

Denyutan karotis, jugularis dan pemoralis mungkin teramati/ terplapasi denyut pada tungkai mungkin menurun mencerminkan efektari vasokontriksi dan kongestif vena.

S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertiova atnum (peningkatan volume/tekanan atnum) perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi.

Dapat mengidentifikasi gagal jantung kerusakan ginjal atau vaskuler.

Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensif, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung.

Bila hipertensi berhubungan dengan adanya feokromosidame maka pengangkatan tumor akan memperbaiki kondisi.

Obat ini menghasilkan diusesis kuat dengan menghambat resopsi natrium dan klorida dan merupakan anti hipertensi efektif, khususnya pada pasien yang resisten terhadap diazit atau mengalami kerusakan.

b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan     :  Memenuhi aktivitas yang dilakukan
Kriteria hasil :        
1)  Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
3) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
No
Intervensi
Rasional
1.








2.






3.
Kaji respon pasien terhadap aktivitas perhatikan frekwensi nadi lebih dari 20 kali permenit diatas frekwensi istirahat, peningkatan TD yang nyata selama/sudah beraktifitas dispnea, nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diafotesis pusing dan pingsan.

Intruksi pasien tentang teknik penghematan energi mis : menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau penyakit gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.

Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawat diri terhadap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Menyebutkan parameter pembantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.


Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.


Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

c.       Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan     :  Menghilangkan nyeri secara bertahap.
Kriteria hasil :        
1)  Melaporkan nyeri ketidaknyamanan hilang/terkontrol.
2)  Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
No
Intervensi
Rasional
1.


2.






3.





4.







5.





6.
Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan rasa sakit kepala, mis : kompres dingin pijat punggung dan leher, tenang dan redupkan lampu kamar.


Hilangkan/minimalkan aktivitas yang berlebihan yang dapat meningkatkan sakit kepala misal : mengejan saat BAB, batuk panjang dan membungkuk.

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.






Berikan cairan, makanan lunak perawatan mulut yang teratur bila terjadi pendarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan pendarahan.

Berikan sesuai indikasi analgesik.



Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi.

Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serehral dan yang memperlambat/ memblok respon sispatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.

Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala, pasien bisa hipotensi postural.


Meningkatkan kenyamanan umum kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan tagnasi sekresi oral dan mengeringkan membran mukosa.

Menurunkan dan mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.



Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stres.

d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan     :  Nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil     : 
1)      Berat badan bertambah
2)      Lipatan kulit insep lebih besar dari 15 mm pada pria dan 25 pada wanita.
3)      Melaporkan atau terobservasi disfungsi pola makan.
No
Intervensi
Rasional
1.





2.











3.





4.





5.






6.
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.



Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.








Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.




Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diit.




Instruksikan dan bantu memilih makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan)

Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena di proporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh.

Kesalahan biasa makan menunjang terjadinya ateloroklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasi misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal ginjal, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal, yang lebih memperburuk hipertensi.

Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.

Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diit terakhir membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian/ penyuluhan.

Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.



Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diit individual.

e.       Koping individu in efektif berhubungan dengan harapan yang tak terpenuhi.
Tujuan     :  Memenuhi harapan yang belum terpenuhi.
Kriteria hasil        : 
1)   Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekwensi.
2)   Menyatakan kesadaran kemampuan koping, kekuatan  pribadi.
3)   Mendemontrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.
No
Intervensi
Rasional
1.






2.






3.




4.






5.
Kaji efektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, mis : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpastisivasi dalam rencana pengobatan.

Catat laporan penggunaan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala ketidakmampuan untuk mengatasi menyelesaikan masalah.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasi.

Libatkan pasien dalam perencanaan keperawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.



Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu, bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan dari/keluarga.
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasi terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.

Manifestasi mekanisme kopinh mal adaptif mungkin merupakan malkator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentuan utama TD mastol.


Pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stesor.


Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memberikan keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik.

Perubahan yang perlu dipnositaskan secara kaustik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.



f.        Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan : informasi terpenuhi
Kriteria hasil :
1)   Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
2)   Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
3)   Mempertahankan TD dalam parameter normal.
No
Intervensi
Rasional
1.











2.









3.






4.
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.










Tetapkan dan nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.






Hindari mengatakan TD ”normal” dan gunakan istilah ”terkontrol dengan baik” saat menggambar TD pasien dalam batas yang diinginkan.


Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
Kesalahan konsep dan menyangkut diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan prognosis, bila pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.

Membenarkan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dalam mengklasifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.

Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide ”terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin, mengakibatkan peningkatan frekwensi jantung, TD dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan bahan kerja miokardium.

4.      Pelaksanaan
            Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana disusun dan ditujukan pada masing-masing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan, tujuan dan pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah diterapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2001).
            Tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen dan interdependen :
                         a.      Independen yaitu tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
                        b.      Dependen yaitu tindakan yang dilakukan oleh perawat atas petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
                         c.      Interdependen yaitu tindakan keperawatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2001).
5.      Evaluasi
            Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah dicapai.
            Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan, pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan telah mencukupi dan apakah perilaku yang di observasi sudah selesai, diagnosa yang perlu di evaluasi dalam keakuratan dan kelengkapan.
            Tujuan dan intervensi di evaluasi adalah menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2001).


:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar