Entri Populer

Rabu, 29 Desember 2010

askp marasmus

  • Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
  • Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
  • Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
  • Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
  • Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
  • Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk :
  1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
  2. Sebagai cadangan protein tubuh.
  3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
  4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
  5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

ETIOLOGI
  • Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
  • Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput.
Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,1999).

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6.
Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

PENATALAKSANAAN
  1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
  2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
  3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
  4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
  • Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
  • Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
  • Pengobatan infeksi
  • Pemberian makanan
  • Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.

Menurut Arisman, 2004:105
  • Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
  • Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
  • Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
  • Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
  • Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.

Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
  • cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
  • Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
  • Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
  • Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
  • Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
  • Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
  • Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
  • Mengukur TB dan BB
  • Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
  • Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
  • Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
(Wong, 2004)
Tujuan :
Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
f. Sajikan makansedikit tapi sering
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001:140)
Tujuan :
Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil :
Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat

3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes, 2000).
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan :
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil:
suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes, 2004)
Tujuan :
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito, 2001:157).
Tujuan :
Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil :
Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
d. Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi. (Carpenito, 2001:3)
Tujuan :
Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). (Carpenio, 2001:143).
Tujuan :
Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-anak-marasmus.html

askep asam urat


Asam urat merupakan sebutan orang awam untuk rematik gout (gout

Label: penyakit
artritis).
Penyakit ini merupakan gangguan metabolik yang disebabkan asam urat
(uric acid)
yang menumpuk dalam jaringan tubuh. Asam urat adalah zat yang
merupakan hasil
akhir dari metabolisme purin dalam tubuh yang kemudian dibuang
melalui urin.
Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal asam urat
di dalam
persendian.

Mengapa di sendi? Sendi merupakan bagian yang paling mudah
dihinggapi
kristal-kristal asam urat selain juga pada bagian kulit dan ginjal
yang
merupakan akibat dari penambahan kadar asam urat dalam darah.
Kristal-kristal
tersebut akan menyebar ke dalam rongga-rongga sendi sehingga
terjadilah
peradangan akut atau terjadi gout. Jika terjadi selama bertahun-
tahun, deposit
kristal asam urat dalam sendi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
sendi
secara permanen.

Asam urat atau gout artritis lebih sering menyerang laki-laki
terutama yang
berumur di atas usia 30 tahun, karena umumnya laki-laki sudah
mempunyai kadar
asam urat yang tinggi dalam darahnya. Sedangkan kadar asam urat pada
wanita
umumnya rendah dan baru meningkat setelah menopause.

Produk buangan termasuk asam urat dan garam-garam anorganik dibuang
melalui
saluran ginjal, kandung kemih dan saluran kemih dalam bentuk urin.
Kegagalan
ginjal dalam proses pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup
banyak dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hal tersebut juga dapat
menimbulkan
komplikasi lain yaitu pengendapan asam urat dalam ginjal yang
akhirnya terjadi
pembentukan batu ginjal dari kristal asam urat.

Serangan gout biasanya timbul secara mendadak/akut, kebanyakan
menyerang pada
malam hari. Jika gout menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak
merah,
mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri
yang
sangat hebat, dan persendian sulit digerakan. Serangan pertama gout
pada
umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari
kaki, dan
seringkali hanya satu sendi yang diserang.
Namun gejala–gejala
tersebut dapat
juga terjadi pada sendi lain seperti pada tumit, lutut, siku dan
lain-lain.

Dalam kasus encok kronis dapat timbul tofus yaitu endapan seperti
kapur di
kulit yang membentuk suatu tonjolan atau benjolan yang menandai
pengendapan
kristal asam urat.
Tofus sering timbul pada daun telinga, siku,
tumit belakang
dan punggung tangan.

Berikut ini makanan yang dapat menaikkan kadar asam urat darah, yang
harus
dihindari atau dikontrol oleh penderita gout :
- jeroan seperti usus, limpa, paru, hati, jantung, dan otak.
- Melinjo dan olahannya seperti emping
- Kacang-kacangan yang dikeringkan beserta olahannya seperti
kedelai, - kacang
tanah, kacang hijau, toge, oncom, tempe, tahu.
- Makanan yang diawetkan seperti sarden, kornet.
- Kerang, kepiting, cumi-cumi, udang, ekstrak daging/kaldu
- Minuman beralkohol seperti bir, tape, ragi, tuak, dan minuman
hasil fermetasi
lainnya.
- Sayuran dan buah seperti : bayam, kangkung, daun singkong,
asparagus, kacang
polong, kacang buncis, kembang kol, nanas, durian, dan air kelapa.

Penderita juga dianjurkan untuk memperbanyak minum air putih karena
air
membantu mengeluarkan asam urat melalui urin.

Untuk memastikan seseorang terkena gout dapat dilakukan pemeriksaan
sebagai
berikut :
- pemeriksaan kadar asam urat di dalam darah
- Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7
mg/dl dan
pada wanita lebih dari 6 mg/dl, maka dikatakan menderita asam urat
tinggi yang
memicu terjadinya gout.
- pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam
- kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800
mg/24 jam
pada diet biasa atau lebih dari 600 mg/ 24 jam pada diet bebas purin. http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/01/asam-urat_2950.html

prevalensi lansia


Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia pada
tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta dengan usia harapan hidup 66,2
tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia
harapan hidupnya 67,4 tahun, dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8
juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. (Menkokesra, 2008)
Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang
serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi
fisik, biologi maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah
ekonomi, sosial dan budaya, sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan
adanya peran sosial dalam penangananya. Menurunnya fungsi berbagai organ
lansia menjadi rentang terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada
kecenderungan terjadi penyakit degeneratif, penyakit metabolik, gangguan
psikososial dan penyakit infeksi meningkat (Nugroho, 2004 ).
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk
terpadat ke 4 dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa
pada tahun 2000, 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia. Berdasarkan
proyeksi Biro Statistik (BPS) pada tahun 2005- 2010 jumlah penduduk lanjut
usia akan sama dengan jumlah balita yaitu 8,5 % dari jumlah penduduk atau
1

Senin, 27 Desember 2010

askep preeklamsi


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekurangan gizi hingga kini masih menjadi masalah besar bagi dunia ketiga, termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi serius sebab akan berdampak pada melemahnya daya saing bangsa akibat tingginya angka kesakitan dan kematian, serta timbulnya gangguan kecerdasan dan kognitif anak. Golongan yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah ibu hamil, bayi, dan balita. Kecenderungan semakin tingginya angka Kekurangan Energi Protein (KEP) pada ibu hamil akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian ibu serta ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat di bawah normal (2.500 gram) rentan terhadap gangguan pertumbuhan dan kecerdasan. Anak yang kekurangan gizi saat lahir atau semasa bayi berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus pada masa dewasa. Risiko kematian akibat kekurangan gizi juga lebih besar, justru dalam usia produktif. Pada kehamilan, selain terjadi perubahan fisiologis juga disertai perubahan psikologis. Psikologis memegang peranan yang penting dalam timbulnya hiperemesis seperti Beberapa dampak lain dari terjadinya kondisi hiperemesis gravidarum pada wanita hamil yaitu dapat terjadi perdarahan berupa bercak padaotak, perdarahan sub endokardial pada jantung, pucat-degenerasi pada tubuli kontorti ginjal dan kemungkinan adanya hepar pada tingkat ringan. Penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi tersebut salah satunya dengan cara memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dan pengaturan makanan (diet) yang tepat dengan maksud menghilangkan rasa takut dan menghilangkan faktor psikis. Selain perdarahan dan infeksi dan kondisi-kondisi non fisiologis, pre-eklampsia dan eklampsia juga merupakan penyebab kematian ibu dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat. Oleh karena itu, menegakkan diagnosis dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan. Diperkirakan pre-eklampsia terjadi 5% kehamilan, lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama. Juga pada wanita yang sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau menderita penyakit pembuluh darah. Karena itu kejadian kejang ini harus dihindarkan. Maka apabila pre eklampsia tidak diobat secara tepat bisa berakibat fatal, yaitu kematian bayi yang dikandung, bahkan termasuk ibunya sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan umun
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi Reproduksi dan untuk menambah peneetahuan mahasiswa tantang diit ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, pre eklamsia dan eklamsia serta konstipasi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa hiperemesis gravidarum?
b. Untuk mengetahui bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa pre elamsia dan eklamsia?
c. Untuk mengetahui bagaimanakah diet kompliet komplikasi kehamilan berupa konstipasi?
C. Sistematika Penulisan
Sebagai langkah akhir dalam penulisan makalah ini, maka klasifikasi sistem penulisannya meliputi Bab I pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan, Bab II pembahasan didalamnya dibahas mengenai diet komplikasi kehamilan pada hiperemesis gravidarum, pre eklamsia dan eklamsia serta pada konstipasi. Bab III merupakan bab terakhir dalam penulisan makalah ini yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
a. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo, 1996).
b. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi secara terus-menerus, sehingga menggangu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit (Manuaba, 1998).
c. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
d. Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232)
e. Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)
Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi dari kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga menganggu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan.
2. Etologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor prodisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis Gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida overdistensi rahim, ganda dan hamil molahidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan molahidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum
b. Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas, jelas besar kemungkinan bahwa wanita yang mendadak kehamilan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitanya dapat berkurang sampai menghilang.
c. Faktor Alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili karralis yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
3. Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, nafsu makan tdak ada, berat badan menurun dengan merasa nyeri pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, bibir mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik, berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena memounyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan di urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepalopatiwernikle, dengan gejala nestagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks timbulnya ikterus menunjukkan payah hati.
4. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual dan muntah adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologis hormon progesteron ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem syaraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada ibu hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit, penurunan berat badan, efek sistemik dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal, yang jelas wanita yang sebelum kehamilannya sudah menderita lambung spesifik (khas) dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami hiperemesis gravidarum yang berat.
Hiperemesis Gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetan-asetik, asam hidroksitirat dan aseton dalam serum. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Melalui muntah dikeluarkan sebagaian cairan lambung serta elektrolit natrium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga semakin berkuarng dalam keseimbangan tubuh semakin menambah berat terjadinya muntah. Natrium dan klorida darah turun, dengan demikianjuga klorida air kemih ( Prawiroharjo, 1996)
5. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terhadi Hiperemesis :
a. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses psikologis.
b. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan hangat.
c. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah, difekasi hendaknya diusahakan terakhir.
6. Penatalaksanaan
Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang / hilang tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologik
Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir, hilangkan rasa takut olehkarena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan proten dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap protein. Astion, khorida dan bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan.
d. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkomunikasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (susunan obat) yang dapat diberikan adalah :
1) Sedativa ringan
a) Phenobarhal (luminal) 30 mgr
b) Valium
2) Inti Alergi
a) Medramer
b) Dramamin
c) Avemim
3) Obat anti mual-muntah
a) Mediamer B6
b) Emetrole
c) Stimetil
d) Avopreg
4) Vitamin
a) Terutama vitamin B kompleks
b) Vitamin C
e. Menghentikan kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirrum, kebutaan, takhikardi, iklerus, anuriq, dan perdarahan merupakan monifestasi komplikasi organik dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terputik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat tetapi dalam pihak tidak boleh menunggu sampai menjadi gejala irreversibel pada organ vital (Prawirohardjo, 1992).
7. Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum
a. Tujuan Diet
Tujuan diet hiperemesis adalah untuk:
1). Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
2). Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
b. Syarat diet
Syarat-syarat diet hiperemesis adalah:
1). Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
2). Lemak rendah, yaitu <>
3). Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
4). Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
5). Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil.
6). Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
7). Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
c. Macam diet dan indikasi pemberian
Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I, II, dan III
1). Diet hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
2). Diet hiperemesis II
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
3). Diet hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.
d. Bahan makanan Sehari-hari
Bahan Makanan
Diet Pre-eklamsia I
Diet Pre-eklamsia II
Diet Pre-eklamsia III
Berat
jumlah
Berat
Jumlah
Berat
Jumlah
Beras
-
-
150
2 gls nasi
200
3 gls nasi
Roti
120
6 iris
80
4 iris
80
4 iris
Biskuit
-
-
20
2 bh
40
4 bh
Daging
-
-
100
2 ptg sdg
100
2 ptg sdg
Telur ayam
-
-
50
1 btr
50
1 btr
Tempe
-
-
50
2 ptg sdg
100
4 ptg sdg
Sayuran
-
-
150
1 ½ gls
150
1½ptg sdg
Buah
700
7 ptg sdg pepaya
400
4 ptg sdg pepaya
400
4 ptg sdg pepaya
Minyak
-
-
-
-
10
1 sdm
Margarin


10
1 sdm
20
2 sdm
Jam
30
3 sdm
20
2 sdm
20
2 sdm
Gula pasir
50
5 sdm
30
3 sdm
-
-
Susu
-
-
-
-
200
1 gls
e. Nilai gizi

Diet Hiperemesis
I
Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis III
Energi (kkal)
1100
1700
2300
Protein (g)
15
57
73
Lemak (g)
2
33
59
Karbohidrat (g)
259
33
59
Kalsium (mg)
100
300
400
Besi (mg)
9,5
17,9
24,3
Vitamin A (RE)
542
2202
2270
Tiamin (mg)
0,5
0,8
1,0
Vitamin C (mg)
283
199
199
Natrium (mg)
-
267
362
f. Pembagian bahan makanan sehari diet hiperemesi I
Waktu
Bahan Makanan
Jumlah
Pukul 08.00
Roti panggang
2 iris

Jam
1 sdm
Pukul 10.00
Air jeruk
1 gls

Gula pasir
1 sdm
Pukul 12.00
Roti panggang
2 iris

Jam
1 sdm

Pepaya
2 ptg sdg

Gula pasir
1 sdm
Pukul 14.00
Air jeruk
1 gls

Gula pasir
1 sdm
Pukul 16.00
Pepaya
1 ptg sdg
Pukul 18.00
Roti panggang
2 iris

Jam
1 sdm

Pisang
1 bh sdg

Gula pasir
1 sdm
Pukul 20.00
Air jeruk
1 gls

Gula pasir
1 sdm

g. Pembagian bahan makanan sehari diet hiperemesis II & III
Waktu
Bahan makanan
Diet hiperemesis II
Diet hiperemesis III
Berat (g)
urt
Berat(g)
urt
Pagi
Roti
40
2 iris
40
2 iris
Telur ayam
50
1 btr
50
1 btr
Margarine
5
½ sdm
10
1sdm
Jam
10
1 sdm
10
1 sdm
Buah
100
1 ptg sdg pepaya
100
1 ptg sdg pepaya
Pukul 10.00
Gula pasir
10
1 adm
10
1 adm
Biscuit
-
-
20
2 bh
Siang
Beras
75
1 gls nasi
100
1 ½ gls nasi
Daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Sayuran
75
¾ gls
50
½ bh bsr
Buah
100
1 ptg sdg
100
1 ptg sdg
Minyak
-
-
5
½ sdm
Pukul 16.00
Buah
100
1 ptg sdg pepeya
100
1 ptg sdg pepaya
Gula pasir
10
1 sdm
20
2 sdm
Biscuit
20
2 bh
20
2 bh
Agar
-
-
2
½ sdm
Susu
-
-
200
1 g
Malam
Beras
75
1 gls nasi
100
½ gls nasi
Ayam
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Tempe
25
1 ptg sdg
50
2 ptg sdg
Sayuran
75
¼ gls
75
¾ gls
Buah
100
1 ptg sdg pepeya
100
1 ptg sdg papaya
Minyak
-
-
5
½ sdm
Pukul 20.00
Roti
40
2 iris
40
2 iris
Margarine
5
½ sdm
10
1 sdm
Jam
10
1 sdm
10
1 sdm
Gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
h. Contoh menu sehar
Pagi
Siang
Malam
Roti panggang isi jam
Nasi
Nasi
Telur rebus
Perkedel daging panggang
Ayam & tempe, semur

Tahu bacam
Setup wortel

Setup bayam
Pisang

Papaya

Pukul 10.00
Pukul 16.00
Pukul 20,00
Selada buah
Selada buah
Roti panggang isi jam

Biskuit
The
Diet hiperemesis III
Menu diet hiperemesis III sama dengan diet hiperemesis II, kecuali pukul 10.00 dan 16.00 ditambah dengan biskuit agar-agar dan susu.
a. Makanan yang dianjurkan
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah sebagai berikut:
Ø Roti panggang, biskuit, crackers.
Ø Buah segar, sari buah.
Ø Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh, dan kopi encer.
b. Makanan tidak yang dianjurkan
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap).
B. Preeklampsia
1. Pengertian
a. Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. (Manuaba, 1998).
b. Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik. Menurut (Mansjoer et.al 2000)
c. Pre ekalmpsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi.Sumperimposed preeklampsia-ekklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik.
d. Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeclampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan proteinuria. Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan atau proteinuria.
2. Etiologi
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
d. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya
e. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
3. Manifestasi klinik
Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu pemambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekenen sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar protein > 1g /l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
2. Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup
3. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
4. Nyeri epigastrium dan ikterus
5. Edema paru atau sianosis
6. Trombositopenia
7. Pertumbuhan janin terhambat
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani dengan kasus eklampsia.
4. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid (kotak 21-1). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin. Peneliti lain sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada kehamilan.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut..
5. Klasifikasi Pre eklampsia
Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Pre eklampsia Ringan
1) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
2) Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka.
4) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
5)
b. Pre eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
a) Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah istirahat 10 menit)
b) Ibu hamil tidak dalam keadaan his.
Ø Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Ø Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
Ø Terdapat edema paru dan sianosis.
Ø Gangguan visus dan serebral.
Ø Keluhan subjektif
c) Nyeri epigastrium
d) Gangguan penglihatan
e) Nyeri kepala
f) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
g) Pemeriksaan trombosit
(Manuaba, 1998)

6. Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan:
a. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
b. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1) Uji kemungkinan Pre eklampsia:
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan protein dalam urin
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.
2) Penilaian kondisi janin dalam rahim.
a) Pemantauan tinggi fundus uteri
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban
7. Penanganan Pre eklampsia
a. Penanganan Pre eklampsia Ringan
Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pre-eklampsi dan eklampsi tidak memberikan respon terhadap diuretik (obat untuk membuang kelebihan cairan) dan diet rendah garam. Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam jumlah normal dan minum air lebih banyak. sangat penting untuk menjalani tirah baring. Penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar. Untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang, bisa diberikan magnesium sulfat intravena (melalui pembuluh darah). Jika pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin. Penderita pre-eklamsi berat dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring.
Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan memberikan:
1) Sedativa ringan
2) Obat penunjang
3) Nasehat
a) Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
b) Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri pada epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin berkurang.
4) Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut:
a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih
c) Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
d) Edema bertambah dengan mendadak
e) Terdapat gejala dan keluhan subjektif.
Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga tercapai dosis optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria (3). Pada kehamilan >37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan atau dipercepat dengan ekstraksi.
b. Penanganan Pre eklampsia Berat
Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita Pre eklampsia berat untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga penderita mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya.
Penderita diusahakan agar:
1) Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2) Dipasang infus glukosa 5%
3) Dilakukan pemeriksaan:
a) Pemeriksaan umum: pemeriksaan tiap jam; tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
b) Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit, pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).
c) Pemasangan dower kateter
d) Evaluasi keseimbangan cairan
e) Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit
4) Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan berdasarkan:
a) Kehamilan cukup bulan
b) Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
c) Kegagalan pengobatan Pre eklampsia berat kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
d) Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat.
Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan Pre eklampsia menjadi eklampsia. Dengan perawatan sementara di Polindes, maka melakukan rujukan penderita merupakan sikap yang paling tepat.
8. Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia
a. Tujuan Diet
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
4) Mencapai keseimbangan nitrogen
5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
b. Syarat Diet
Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
c. Macam diet dan indikasi pemberian
1). Diet preeklampsia I
Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
2) Diet preeklampsia II
Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
2). Diet preeklampsia III
Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
d. Bahan Makanan Sehari
Bahan Makanan
Diet Pre-eklamsia I
Diet Pre-eklamsia II
Diet Pre-eklamsia III
Berat (g
Jumlah
Berat (g)
Jumlah
Berat (g)
Jumlah
Beras
-
-
150
3 gls tim
200
4 gls tim
Telur
-
-
50
1 btr
50
1 btr
Daging
-
-
100
2 ptg
100
2 ptg sdg
Tempe
-
-
50
2 ptg
100
4 ptg sdg
Sayuran
-
-
200
2 gls
200
2 gls
Sari buah/buah
1000
5
400
4 ptg sdg
400
4 ptg sdg pepaya
Gula pasir
80
8
30
3 sdm
30
3 sdm
Minyak nabati
-
-
15
1 ½ sdm
25
2 ½ sdm
Susu bubuk *
75
15
25
5 sdm
50
10 sdm
*) Susu khusus ibu hamil. Bila diberikan susu biasa, energi hanya sebagian yang terpenuhi
e. Nilai gizi

Diet Pre eklamsia
I
Diet Pre eklamsia
II
Diet Pre eklamsia III
Energi (kkal)
1032
1604
2128
Protein (g)
20
56
80
Lemak (g)
19
44
63
Karbohidrat (g)
211
261
305
Kalsium (mg)
600
500
800
Besi (mg)
6,9
17,3
24,2
Vitamin A (RE)
750
2796
3035
Tiamin (mg)
0,5
0,8
1,0
Vitamin C (mg)
246
212
213
Natrium (mg)
228
248

.
f. Pembagian bahan makanan sehari
Waktu
Bahan Makanan
Jumlah
Pukul 06.00
Teh
1 gls
Pukul 08.00
Sari tomat
1 gls

Susu
1 gls
Pukul 10.00
Sari jeruk
1 gls
Pukul 13.00
Sari alpokat
1 gls

Susu
1 gls
lPukul 16.00
Sari tomat
1 gls

susu
1 gls
Pukul 18.00
Sari pepaya
1 gls

Sari jeruk
1 gls
Pukul 20.00
Teh
1 gls

Susu
1 gls

g. Pembagian bahan makanan sehari diet pre eklamsia II & III
Waktu
Bahan makanan
Diet pre eklamsia II
Diet pre eklamsia III
Berat (g)
urt
Berat(g)
urt
Pagi
Beras
50
1 gls tim
50
1 gls tim
Telur ayam
50
1 btr
50
1 btr
Sayuran
5
½ sdm
50
½ sdm
Minyak
5
5 sdm
5
½ sdm
Susu bubuk
25
1 sdm
25
5 sdm
Gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
Pukul 10.00
Buah
100
1 ptg sdg pepaya
100
1 ptg sdg pepaya
Gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
Siang
Beras
50
1 gls nasi
75
1 ½ gls nasi
Daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Tahu
50
½ bh besar
100
1 bh besar
Sayuran
75
¾ gls
100
1 bh besar
Buah
100
1 ptg sdg papaya
100
1 ptg sdg papaya
Minyak
5
½ sdm
10
1 sdm
Pukul 16.00
Buah
100
1 ptg sdg
100
1 ptg sdg
Gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
Susu bubuk
-
-
25
5 sdm
Malam
Beras
50
1 gls nasi
75
1½ gls nasi
Ikan
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Tempe
25
1 ptg dg
50
2 ptg sdg
Sayuran
75
¼ gls
75
¾ gls
Buah
100
1 ptg sdg papaya
100
1 ptg sdg papaya
Minyak
5
½ sdm
10
1 sdm
h. Contoh menu sehari
Pagi
Siang
Malam
Nasi tim
Nasi tim
Nasi tim
Telur ceplok air
Daging bumbu terik
Ikan bumbu kuning
Tumis kacang panjang toge
Tahu bacam
Gandong tahu
Susu
pisang
Jeruk
Pukul 10.00
Pukul 16.00
Pukul 20,00
Selada buah
Jeruk
The

C. KONSTIPASI
1. Pengertian
Konstipasi merupakan kelambatan perlintasan sisa makanan karena penumpukan feses yang keras dan kering disertai defekasi yang nyeri, distensi abdomen serta massa yang bisa diraba. Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit. Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat vairasi yang berlainan antara individu. Konstipasi sering diartikan sebagi kurangnya frekuensi buang iar besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut.
2. Patofisiologi
Dipengaruhi oleh diet, komposisi tinja, motilitas saluran cerna, dan obstruksi mekanis. Agar terjadi defekasi normal, anak harus merasakan tinja didalam rektum, kemudian diafragma dan otot abdomen akan berkontraksi. Spingter anus harus berelaksasi sebagai respon terhadap dorongan bolus tinja. Kelainan komponen-komponen yang mengatur defekasi normal akan menimbulkan konstipasi.
3. Manifestasi klinis
Mula timbul dan lamanya konstipasi :
a. Konstipasi akut
Lamanya konstipasi : 1-4 minggu
Penyebab tersering : infeksi virus, obstruksi mekanis, dehidrasi, dan botulism infantil
b. Konstipasi kronik
Lama konstipasi : lebih dari 1 bulan
Penyebab : biasanya fungional, penyakit Hirschsprung
c. Pemeriksaan fisik
a) Bentuk feses
b) Adakah keterlambatan pertumbuhan, dihubungkan dengan penyebab organik atau hipertiroidisme
d. Pemeriksaan neurologis umum, dihubungkan dengan adanya inervasi sfingter ani atau striktur
e. Adakah distensi abdomen, prominen pada Hirschsprung atau konstipasi fungsional yang lama
f. Pemeriksaan rektal dapat ditemukan lesi stenosis atau dugaan Hirschsprung berupa rektum yang kosong dan pendek dan bila jari-jari dikeluarkan keluar gush yang tipik dari cairan dan gas. Pada konstipasi fungsional dapat diraba massa feses dibawah sfingter ani. Perhatikan adanya fissura in-ano atau lesi perianal lain.
4. Penyebab konstipasi pada kehamilan
a. Penekanan langsung pada usus oleh uterus dan janin
b. Berkurangya atau berubahnya asupan makanan dan cairan
c. Berkurangnya olah raga dan aktifitas fisik
d. Relaksasi otot polos usus yang ditimbulkan oleh hormon karena :
1). Peningkatan progesteron
2). Penurunan produksi motilin oleh dinding usus
3). Peningkatan enteroglukagon yang diproduksi oleh dinding usus
e. Impaksi fekal lebih cenderung terjadi pada kehamilan karena air dan garam diserap dengan jumlah yang lebih besar dalam kolon akibat :
1). Peningkatan waktu transit yang disebabkan oleh relaksasi otot polos usus
2). Kerja prolaktin
3). Aktifasi poros renin- angiotensin-aldosteron (glosarium) pada kehamilan dan peningkatan absorpsi garam serta air
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : urin lengkap (terutama pada konstipasi kronik), dan pemeriksaan kmungkinan kearah penyakit spesifik seperti hipotiroid, dan hiperkalsemi.
b. Barium enema, pada dugaan adanya lesi obstruksi distal.
c. Manometri rektal, perlu untuk diagnosis Hirschsprung atau ultra short segment namun positif.
d. Biopsi, pada Hirschsprung dapat ditemukan tidak adanya sel-sel ganglion, aktifitas kolinesterase meningkat.
6. Terapi
a. Aktivitas dan olahraga teratur
b. Asupan cairan dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup
c. Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5 – 10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.
d. Jika modifikasi perilaku kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologi, dan biasanya dipakai obat – obatan golongan pencahar.
Ada 4 tipe golongan obat pencahar:
1). Memperbesar dan melunakan massa fesef anatara lain:
a) cereal
b) methy selulos
c) psilium
2). Melunakan dan melincinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air.contohnya antara lain:
a) minyak kastor
b) golongan docusate
3). Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain:
a) Sorbitol
b) Lactulose
c) Glycerin
4). Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bila dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksus mesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya,
a) Bisakodil
b) Fenolptalein
e. Dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara – cara tersebut diatas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Pada umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.


7. Pola Makan
a. Minum air yang cukup
Air 8 gelas sehari.Karena anda membutuhkan cairan yang cukup bagi anda dan juga bayi. Cairan dibutuhkan untuk membangun sel darah merah dan sirkulasi, serta mengatur suhu tubuh. Cairan diperlukan tubuh untuk mengatasi konstipasi.
b. Makan makanan berserat, buah-buahan dan sayuran
Perbanyaklah makan makanan yang berserat tinggi, buah-buahan dan sayuran dapat membantu mengatasi konstipasi anda selama kehamilan.
c. Kebutuhan energi dan protein
Kondisi kehamilan memang akan menyebabkan kebutuhan energi dan protein yang bertambah. Namun hal tersebut bukan berarti mentolerir seorang bumil dapat makan sebanyak banyaknya dengan alasan “makan untuk dua orang”. Penambahan energi yang direkomendasikan hingga masa akhir kehamilan berdasarkan hasil penelitian terbaru di bidang maternal tak lainnya hanya sebesar 85.000 kcal. Kcal sebesar 85 ribu ini pun telah mencakup energi yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, supply energi untuk jaringan baru, simpanan dalam bentuk lemak serta 10% energi yang hilang untuk metabolisme tubuh.
Dengan memperhitungkan masa kehamilan yang hanya 280 hari, rata rata penambahan kalori yang sebenarnya dibutuhkan oleh bumil hanya sebesar 300 kcal (85.000/280). Jumlah ekstra kalori tersebut tak lebih dari pengkonsumsian sebuah joghurt 250-300 gr dengan kadar lemak 3,5%!. Itupun sebenarnya ekstra kalori benar benar dibutuhkan khususnya sejak 5 bulan kehamilan. Penambahan kebutuhan protein sebenarnya hanya sebesar 0,9-1,0 gr per kg BB per hari. Meningkatkan konsumsi sumber protein sebanyak mungkin dengan alasan “hamil” juga sebenarnya bukan merupakan tindakan bijaksana. Jumlah protein yang ditambah sendiri biasanya hanya dianjurkan bila asupan energi juga cukup. Bila kondisi tersebut tidak dipenuhi, asam amino akan digunakan terlebih dahulu untuk produksi energi.
d. Kebutuhan Mikronutrisi Asam Folat dan Vitamin A
Tambahan asupan mikronutrisi juga dibutuhkan selama masa kehamilan. Asam folat, Vitamin A, Sodium, Kalsium, Magnesium, Besi, Yodium adalah beberapa mikronutrisi yang penting dicatat di masa ini.
Asam folat amat dibutuhkan saat terjadinya penambahan jumlah sel di masa awal kehamilan. Kekurangan asam folat biasanya akan dikaitkan dengan tingginya risiko si bayi mengalami “neural tube defects”, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan lahir prematur. Vitamin A dalam bentuk retinol berkontribusi terhadap kualitas pengelihatan si kecil. Pada daerah dengan masalah defisiensi vitamin A, transfer aktif vitamin A ke fetus akan tetap terjadi walau sang ibu memiliki serum-vitamin A yang rendah dalam darahnya. Bahkan di tri semester tiga kehamilan, fetus akan mulai menimbun vitamin A dalam organ hatinya. Kolostrum yang ibu produksi setelah melahirkan si kecil merupakan sumber makanan yang kaya akan vitamin A. Namun perlu diperhatikan bahwa seorang ibu yang mengalami defisiensi vitamin A tidak akan memiliki kuantitas transfer vitamin A yang cukup melalui plasenta dan ASI. Ibu menyusui yang berada di daerah endemik defisiensi vitamin A harus mendapatkan supplementasi vitamin A (200.000 IU) selama masa 8 minggu pertama setelah melahirkan. Supplementasi vitamin A ini tidak boleh dilakukan saat si ibu hamil mengingat adanya efek teratogenik yang diamati pada pemberian dosis tinggi vitamin A pada masa kehamilan. Kebutuhan Sodium, Kalsium, Magnesium. Pengkonsumsian sodium dan kalsium dengan jumlah “sedang” juga diperlukan. Kalsium berperan penting dalam mekanisme pengaturan selama masa kehamilan dan menyusui. Ia juga akan meningkatkan absorbsi intestinal yang terjadi. Biasanya, setelah masa 6-12 bulan sang ibu melewati masa menyusui, depot kalsium di tubuhnya akan kembali terisi. Seorang bumil yang mengkonsumsi kalsium minimal 1000 mg Ca/hari akan kecil memiliki risiko terkena PIH (Pregnancy Induced Hypertension). Kekurangan magnesium biasanya dialami oleh 5-30% bumil dengan ditandai adanya keluhan kram (Nocturnal Systremma). Suplementasi secara oral dari mikronutrisi ini terbukti akan mengurangi keluhan kram pada ibu yang sedang mengandung.
e. Kebutuhan Besi dan Iodium
Besi juga merupakan mikronutrisi yang amat diperlukan dalam masa kehamilan. Anemia saat kehamilan biasanya akan mempertinggi risiko terjadinya BBLR pada bayi, tingginya insidens kelahiran prematur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kematian pada ibu saat melahirkan. Perlu diingat, anemia tidak selalu disebabkan karena kekurangan besi dalam darah. Kebanyakan wanita menderita anemia yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin A.
Kekurangan iodium saat masa kehamilan sedapat mungkin harus dihindari. Seorang bumil idealnya harus memiliki persediaan iodium yang mencukupi agar transfer iodium ke fetus yang dikandungnya dapat mencukupi. Asupan iodium yang kurang dalam kehamilan dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan otak fetus, BBLR, kretin dan kongenital yang abnormal. Mengingat pentingnya fungsi iodium dalam masa ini, bumil dianjurkan untuk mengkonsumsi produk produk fortifikasi iodium seperti garam ber-iodium dan minyak ber-iodium.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk.
2. Tujuan diet hiperemesis gravidarum adalah mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis dan memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Selain itu diketahui pula bahwa diet hiperemesis terdiri dari tiga tahap.
3. Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
4. Tujuan diet preeklampsia adalah mencapai dan mempertahankan status gizi normal, mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal, mencegah atau mengurangi tekanan darah normal, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal, mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
5. Konstipasi merupakan kelambatan perlintasan sisa makanan karena penumpukan feses yang keras dan kering disertai defekasi yang nyeri, distensi abdomen serta massa yang bisa diraba.
6. Tujuan diet konstipasi adalah mencapai dan mempertahankan status gizi yang normal sehingga diharapkan pembuangan feses khususnya pada ibu hamil dengan dapat berjalan dengan lancar dan tidak mempengaruhi keshatan baik ibu maupun janin yang dikandungnya.
B. Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan bagi ibu hamil mengenai dampak yang dapat terjadi dari komplikasi pada masa kehamilan.
2. Bagi ibu hamil agar rajin dan memeriksakan kehamilannya secara rutin (setidaknya 1 kali setiap bulannya) dengan harapan dapat mengurangi risiko komplikasi pada kehamilan
3. Ibu hamil sebaiknya selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi selama kehamilanya agar terhindar dari bahaya komplikasi kehamilan.
4. Sebaiknya ibu hamil segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat jika terjadi tanda-tanda komplikasi kehamilan agar dapat segera memperoleh penanganan