Entri Populer

Minggu, 28 November 2010

Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang sex Bebas


A. Pendahuluan
Remaja merupakan sutu fase peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada fase ini remaja akan  memasuki masa pubertas. Kata “pubertas” berasal dari bahasa Latin, yang berarti usia menjadi orang; suatu periode di mana anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan keturunannya.
Dalam periode ini, terdapat beberapa perubahan yang sangat menonjol dalam diri remaja, yaitu perubahan-perubahan yang bersifat biologis dan psikologis. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon yang terus berkembang dalam tubuh anak. Perubahan yang bersifat biologis  dapat dilihat dari perubahan fisik yang sangat menonjol. Sedangkan perubahan secara psikologis dilihat dari perubahan  perilaku. Perilaku sebagai bagian dari ciri pubertas ini ditunjukkan dalam sikap, perasan, keinginan, dan perbuatan-perbuatan. Lebih-lebih dalam persahabatan dan ”cinta”. Rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang. Ketertarikan pada lain jenis suka seperti “cinta monyet” yang ditandai dengan adanya hubungan pacaran di kalangan remaja. Organ-organ seks yang telah matang juga menyebabkan remaja mendekati lawan seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai dinilai oleh masyarakat tidak sopan.
Usia remaja yang sangat rentan terhadap perubahan pubertas ini adalah remaja sekolah yang dalam banyak kasus terjadi penyimpangan dalam prilaku seks yang wajar dan bertanggung jawab, sehingga dibutuhkan sikap dasar tertentu yaitu pengertian, penerimaan, dan pemahaman dari orang tua, sekolah dan masyarakat luas untuk menghadapi masalah remaja yang kompleks.
B.  Sex Bebas dikalangan Remaja Sekolah
Remaja sekolah bagian dari remaja yang masih dalam transisi dan rawan sangat berpotensi terjadinya penyimpangan prilaku seks yang  tidak bertanggung jawab. Ada beberapa faktor penyebab hal tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini adalah faktor yang ada dalam diri remaja yang bersifat alamiah atau faktor hormonal. Faktor ini menyebabkan remaja secara alamiah untuk menyukai lawan jenisnnya, dan apabila tidak dibimbing secara benar akan terjerumus pada prilaku yang menyimpang dari sewajarnya, seperti pergaulan dan seks bebas.
Pergaulan bebas yang akhir-akhir ini marak dikalangan pelajar, membuat dunia pendidikan semakin tercoreng, hal ini ditunjukan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2 %, karena sama-sama mau sebanyak 12,9 % dan tidak terduga sebanyak 45 %. Seks bebas sendiri mencapai 22,6 % (sumber: BKKBN).
Maraknya pergaulan dan seks bebas dikalangan remaja saat ini tidak terlepas dari beberapa hal :
  1. hormonal yang tumbuh dalam diri remaja yang sudah mengenal dan tertarik pada lawan jenisnya. Remaja yang tidak bisa mengendalikan pengaruh hormon ini akan menyalurkannya pada kegiatan yang negatif.
  2. gaya hidup, remaja yang masih mencari dentitas diri akan menirukan gaya hidupa atau figure seseorang yang dianggap mereka trend, termasuk pergaulan bebas dan seks bebas yang dianggap gaul.
  3. teman sebaya, ciri khas remaja adalah sangat percaya dan yakin akan teman sebaya daripada orang-orang dewasa yang membimbing mereka kearah yang baik. Teman sebaya yang memiliki pola hidup yang bebas dan merdeka yang lepas dari pengawasan orang tua sangat berpotensi untuk terjerumus dalam pergaulan dan seks bebas.
  4. rasa keingintahuan dan tahap coba-coba, remaja mempunyai ciri khas rasa ingin tahu dan tahap coba-coba hal yang baru tanpa memperhitungka resiko yang diakibatkannya nanti, rasa inilah yang menyebabkan remaja terjerumus dalam pergaulan dan seks bebas.
  5. ketika seks menjadi simbol remaja, seks saat ini dianggap oleh kalangan remaja sebagai sebuah simbul remaja. Semua pembicaraan dan tingkahlaku remaja selalu dihubungkan dengan seks. Ada trend yang mengatakan “nggak gaul kalau nggak ngsek”
  6. media, media telekomunikasi memiliki peran yang sangat besar dalam maraknya seks bebas dikalangan remaja sekolah, hal ini tampak dari media telekomunikasi yang digunakan remaja seperti :  hp, komputer, film, TV banyak mengandung muatan pornografi yang notabene disukai oleh kaum remaja.
C. Pengaruh Media terhadap Sex Bebas dikalangan Remaja Sekolah
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi memiliki dampak positif, sedangkan disisi yang lain dampak buruk mengancam. Kemajuan IT  akan membuat perubahan tingkah laku manusia dan membentuk budaya global. Media teknologi yang ngetrend saat ini sebagai penyebar informasi yang cepat adalah seperti televisi, handphone, internet dll
Budaya global tersebut secara positif memiliki muatan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan kebudayaan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi yang mempertontonkan dan memperdengarkan perilaku seksual melalui media majalah, surat kabar, tabloid, buku-buku, televisi, radio, internet, film-film, dan video. Teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dapat berkomunikasi secara interaktif mengenai hal-hal yang berorientasi seksual secara online melalui internet (Syarif, 2008).
Pada awalnya media massa elektronik tersebut sangat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi dan hiburan dengan mudah. Di balik kemudahan itu tanpa disadari media massa elektronik juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat khususnya remaja, dengan bebasnya media massa elektronik menyajikan tontonan yang tidak memperlihatkan norma-norma sosial seperti perilaku seks pranikah, akan mempengaruhi perilaku masyarakat terutama pada remaja yang taraf berfikirnya belum matang.
D. Peran Orang Tua, Sekolah  dan Masyarakat dalam Pendidikan Seks/Kesehatan Reproduksi.
Pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri. Diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Pendidikan seks ini sebaiknya diberikan dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak.  Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai (secara teoritis dan objektif) menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Informasi seks yang tidak sehat pada usia remaja mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks.
Melihat kenyataan tersebut, jelas keluarga membutuhkan pihak lain dalam melengkapi upaya pembelajaran alami terhadap hakikat seksualitas manusia. Pihak lain yang cukup berkompeten untuk menambah dan melengkapi pengetahuan orang tua, menjadi perantara antara orang tua dan anak dalam memberikan pendidikan seks adalah sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga, di mana anak mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan perlindungan.
Oleh karena itu, pendidikan seks di sekolah merupakan komplemen dari pendidikan seks di rumah. Peran sekolah dalam memberikan pendidikan seks harus dipahami sebagai pelengkap pengetahuan dari rumah dan institusi lain yang berupaya keras untuk mendidik anak-anak tentang seksualitas dan bukan berarti bahwa sekolah mengambil porsi orang tua. Ada beberapa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk memberikan pendidikan seks disekolah, seperti dimasukkan kedalam mata pelajaran tertentu dan memiliki wadah tersendiri dalam ekstrakrikuler.
Tujuan  pendidikan seks di sekolah seperti yang diungkapkan oleh Federasi Kehidupan Keluarga Internasinoal ialah:
  1. Memahami seksualitas sebagai bagian dari kehidupan yang esensi dan normal.
  2. Mengerti perkembangan fisik dan perkembangan emosional manusia.
  3. Memahami dan menerima individualitas pola perkembangan pribadi.
  4. Memahami kenyataan seksualitas manusia dan reproduksi manusia.
  5. Mengkomunikasikan secara efektif tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan seksualitas dan perilaku sosial.
  6. Mengetahui konsekuensi secara pribadi dan sosial dari sikap seksual yang tidak bertanggung jawab.
  7. Mengembangkan sikap tanggung jawab dalam hubungan interpersonal dan perilaku sosial.
  8. Mengenal dan mampu mengambil langkah efektif terhadap penyimpangan perilaku seksual.
  9. Merencanakan kemandirian di masa depan, sebuah tempat dalam masyarakat, pernikahan dan kehidupan keluarga.
Seks Education atau pendidikan seks bagi para pelajar memang sudah dicanangkan oleh pemerintah dalam mencegah terjadinya seks bebas dikalangan remaja, hal ini ditunjukan dengan adanya seminar-seminar pendidikan yang diadakan oleh beberapa LSM tentang pemahaman dan bahaya dari seks bebas dan akibat dari seks bebas yaitu tentang HIV AIDS.
Didalam hal ini dengan memberikan pemahaman dari orang tua dan pihak sekolah sangat lah penting, sehingga diharapkan para pelajar mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan seks bebas dikalangan remaja tidak terus bertambah.
E. Penutup
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, memiliki perubahan secara fisik dan psikologis.  Perubahan diakibatkan beberapa faktor, seperti  faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi stabilitas hormonal yang tumbuh dalam diri remaja, sedangkan faktor eksternalnya meliputi pengaruh lingkungan, media dan teman sebayanya. Kasus remaja yang paling menjadi trend saat ini salah satunya adalah seks bebas dikalangan remaja sekolah. Hal ini terjadi karena pengetahuan tentang seks yang benar dan bertanggungjawab belum dimiliki secara utuh oleh remaja. Peran Orang tua, sekolah dan masyarakat luas sangat diperlukan untuk mengantarkan remaja tumbuh menjadi remaja yang sehat.( http://ngurahoka.wordpress.com/2009/10/29/sex-bebas-dikalangan-remaja/)

New files
Manusia adalah salah satu makhluk yang dalam meneruskan hidup jenisnya memelukan pasangan untuk dapat melakukan regenerasi. Dalam proses regenerasi ini sangat dipengaruhi oleh perilaku keduanya. Sebagai manusia yang mempunyai berbagai kelebihan dibanding makhluk lain, yaitu karunia akal dan hati. Maka manusia dalam proses regenerasi tidaklah sama seperti hewan. Tetapi manusia mempunyai berbagai aturan kehidupan yang telah diajarkan oleh pembawa pesan dari sang Pencipta, atau berbagai norma sebagai kesepakatan bersama dengan manusia lain. Aturan atau norma ini dibuat dengan pemikiran dan penggunaan hati untuk menilainya sebagai pedoman hidup untuk menjadi manusia yang baik.
Hubungan yang terjalin antara jenis satu dengan lainnya ini adalah kekuatan utama agar generasi manusia tidak punah. Proses ini dalam kehidupan dewasa ini sudah mulai tercampuri berbagai kebudayaan lain yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat manusia di belahan bumi timur, Negara kita termasuk di dalamnya.
Budaya kita yang “ewuh pekewuh”(punya rasa malu) mulai tergusur budaya “my bussines is mine”(ini urusanku) sehingga rasa malu dan berbagai norma lain di abaikan karena anggapan bahwa urusannya adalah urusannya sendiri bukan orang lain. Dalam pergaulan remaja pun demikian, karena remaja merupakan bagian terbesar yang terkena imbas dari budaya ini. Dalam hal jalinan hubungan dengan lawan jenis pun demikian sehingga pergaulan bebas tanpa adanya norma dan aturan.
Dalam uraian makalah ini akan menyinggung sedikit masalah pergaulan bebas antar remaja yang menjurus pada penyalahgunaan hasrat untuk regenerasi menjadi hasrat untuk pelampiasan nafsu diri semata.
  1. PEMBAHASAN
ONTOLOGI:
Dewasa ini pergaulan remaja, baik remaja sekolah maupun remaja kuliah, telah mengalami suatu tahapan yang berbeda dengan adat budaya dan agama yang menjadi sandaran norma dan aturan dalam hubungan interaksi antar manusia. Dalam pergaulan yang semakin bebas ini memunculkan berbagai bentuk kebiasaan lain. Dari pola pikir yang materialistic dan mencari kenikmatan instant walau sesaat telah menjadi sisi kehidupan tersendiri.
Dari kebebasan pergaulan meskipun ada segi positifnya yaitu kebebasan berfikir dan berkreasi dengan kerja sama antar lawan jenis sehingga menghasilkan kreasi solid karena kedekatannya, mempunyai sisi lain dengan lahirnya berbagai gejala sosial diantarannya terjadi sex pra-nikah. Sex bebas yang merebak di kalangan remaja adalah fenomena dimana aturan dan norma kehidupan yang telah di ajarkan agama dan aturan yang menjadi kesepakatan bersama antar manusia telah terabaikan, tergusur oleh pemikiran yang serba untuk kesenangan.
Perilaku sex bebas ini selain telah mengabaikan norma, juga telah mendorong terjadinya pegeseran fungsi utama sex bagi manusia. Dari tujuan utama sebagai sarana regenerasi telah beralih menjadi sarana pemuasan nafsu semata. Naluri sex merupakan sumber tenaga manusia untuk terus melestaikan spesiesnya dimana dalam pertumbuhannya remaja hingga dewasa dorongan sex ini makin kuat. Jika tanpa ada pengatur atau pengontrol oleh norma agama, sosial masyarakat dan pendidikan sex akan terjadi dominasi nafsu dalam diri.
Pergaulan bebas antar lawan jenis mendorong terjadinya hamil pra-nikah, lebih parah jika setelah hamil laki-laki ini tidak bertanggung jawab dengan meninggalkannya, gadis yang sudah tidak ‘gadis’ lagi ini untuk menghindari rasa malu terhadap orang tua, teman dan masyarakat, atau karena suruhan dari teman laki-lakinya yang tidak mau menikahinya cenderung mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungannya. Inilah fenomena social remaja yang makin marak dalam kehidupan manusia dimana praktek aborsi sebagai mediator alternative bagi para pezina dalam mencari jalan pintas menjadi solusi terakhir.
EPISTEMOLOGI:
Kurangnya pemahaman individu akan ajaran agamanya secara benar dan mendalam, terlupakannya intisari adat budaya luhur bangsa sebagai katalisator dalam pergaulan akibat pengaruh globalisasi merupakan indikasi terjadinya banyak permasalahan pada generasi muda. Sex pra-nikah telah menjadi mode pergaulan negatif yang harus ditanggapi serius semua pihak dengan pengupayaan perhatian yang lebih. Karena dari hal ini memicu timbulnya hamil sebelum nikah akibat sex bebas dalam pergaulan yang mana minimnya pendidikan pemahaman agama, kurangnya perhatian orangtua, cueknya masyarakat akan situasi linkungan dan taraf pendidikan sex bagi remaja yang belum tertata secara benar yang kebanyakkan diperoleh dari teman sebaya lewat obrolan-obrolan cabul dan jorok atau lewat media-media massa yang menimbulkan anggapan yang salah atau emosi negative.
Masa remaja dalam perkembangannya hingga timbul rasa tertarik pada lawan jenis merupakan awal masa bercinta. Pertumbuhan biologis serta perkembangan psikologis dan pergaulan makin menumbuhkembangkan nafsu seksual awal, meningkat pada taraf rasa senang dan tertarik terhadap lawan jenis, secara perlahan menuju taraf kematangan, ditingkatkan dengan pendekatan. Dalam tahap pacaran ini peran norma agama dan adat budaya sebagai pengontrol serta pemberi batasan antar lawan jenis sangat berpengaruh agar tidak terjadi pergaulan bebas yang menjurus pada sex bebas, akibat dari naluri sex menggebu yang tak mudah dikendalikan dan agar proses pacaran berjalan lancar dengan penyesuaian dan perkenalan karakter masing-masing sehingga mencapai kesuksesan menuju jenjang pernikahan yang mana kedua pasangan telah siap dengan tidak didahului adanya kehamilan terlebih dahulu.
Makin maraknya hamil pra-nikah ini tak luput dari kurangnya peran sektor pendidik dalam memberikan pengajaran, pengertian dan pemahaman akan pendidikan sex yang sehat untuk menghasilkan manusia-manusia yang dewasa, betul-betul matang, dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggung jawab demi kebahagiaan dirinya sendiri dan lingkungan atau masyarakat, yang mana peran pendidikan ini sangat perlu.
Efek lain dari maraknya sex bebas adalah makin merebaknya penyakit kelamin, dari yang ringan hingga HIV-AIDS banyak menjangkiti kehidupan generasi muda sekarang
Perlunya pendidikan sex bagi remaja agar remaja tidak terjebak pergaulan bebas yang mendorong pada sex bebas, terutama pendidikan sex yang efektif dari orang tua dalam keluarga. Sedang sekolah menekankan ajaran kejujuran, tanggung jawab, pengendalian diri dan kewaspadaan.
AKSIOLOGI:
Pengendalian hawa nafsu sebagai jihad terbesar sepanjang hidup dengan kepatuhan dan keimanan pada ajaran agama. Dengan hal ini dapat mencegah hubungan terlalu jauh sebelum nikah. Bagi yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu seyogyanya melaksanakan pernikahan dengan dasar kesiapan dari kedua pasangan secara kepribadian, kematangan mental, emosional, sosial dan fisik serta sikap mengedepankan rasa tanggung jawab. Dan tak lupa syarat pernikahan ini haruslah berdasar perasaan saling cinta-mencintai dan harga-menghargai.
Kiat bagi remaja dalam berpacaran yang mana pacaran merupakan budaya asing hendaknya diisi dengan jalinan hubungan dengan pasangan dengan dasar cinta, cinta yang tak harus belepotan syahwat dan birahi. Bahkan ketika cinta itu tumbuh semakin dewasa, syahwat dan birahi tidak lagi menjadi tujuan yang memiliki arti. Dalam bentuknya yang dewasa itu, cinta lebih kentara dengan wujud kepasrahan, keikhlasan, dan peneguhan eksistensi.
“Aku mencintaimu bukan karena ingin mendekap dan memilikimu, tapi aku mencintaimu karena aku mencintaiNya”.
Inilah motivasi untuk merubah pola pikir generasi muda yang hanya memburu nafsu kesenangan sesaat, menjadi sebuah ide hidup yang hangat menemani hari dalam naungan cinta suci menuju Kebenaran sejati. Inilah tonggak manusia menjadi umat yang paling tinggi derajatnya di banding makhluk lain.
  1. PENUTUP
Pendewasaan pemikiran remaja dengan beranjak dalam memahami cinta dari sekadar remah-remah kehidupan kepada cinta sebagai hamparan sawah ladang, yang tak pernah menuntut hadir dimeja makan, namun karenanya kita semua bisa dengan lahap bersantap malam. Cinta suci inilah dasar pergaulan lawan jenis yang sesuai dengan fitrah manusia agar tidak menimbulkan gejala sosial yang negatif. Perkembangan regenerasi yang dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Bukan karena factor kecelakaan atau regenerasi yang tidak di inginkan, tetapi merupakan tujuan suci untuk menjaga eksistensi kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Demikianlah uraian makalah yang dapat pemakalah sampaikan. Semoga dapat menjadikan manfaatdan tambahan pengetahuan. (http://pamangsah.blogspot.com/2008/10/sex-bebas.html)

4 komentar: