Entri Populer

Minggu, 12 Desember 2010

Ada Apa Dengan Rokok


Ada Apa Dengan Rokok?
Seseorang dikatakan perokok jika selama ini telah menghisap minimal 100 batang rokok. Rokok merupakan dilemma karena di satu sisi menimbulkan kerugian pada kesehatan sedangkan di sisi lain menjadi pemasok cukai yang cukup besar bagi negara.
Secara global, konsumsi rokok membunuh satu orang setiap 10 detik. WHO memperkirakan pada 2020 penyakit berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama di banyak negara. kebiasaan merokok dianggap menjadi entry point pada penyalahgunaan narkotik dan bahan berbahaya lainnya (narkoba).
Fenomena lain yang juga harus diperhatikan adalah para perokok pasif, yaitu orang yang tidak merokok tapi tercemar oleh asap rokok. Pencemaran tersebut dapat terjadi dalam rumah, ruangan kantor, kendaraan, dan tempat umum lainnya. Survei membuktikan !ebih dan 90% perokok aktif mengaku merokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga, sehingga sekitar 70% penduduk Indonesia berumur 0-14 tahun telah terpapar asap rokok sejak lahir (perokok pasif). Informasi mi menunjukkan betapa besarnya prevalensi perokok pasif dengan akibat yang lebih parah lagi.
Asap rokok terdiri dan 4.000 bahan kimia dan 200 di antaranya bersifat racun. Antara lain karbon monoksida (GO) dan polycyclic aromatic hydrocarbon yang mengandung zat-zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, benzopyrenes, vinyl chlorida, dan nitroso-nor-nicotine). Di samping itu, nikotin dapat menimbulkan ketagihan, baik pada perokok aktif maupun perokok pasif. Para perokok aktif dan pasif berisiko terkena batuk dengan sesak nafas 6,5 kali dibanding bukan perokok. Industni rokok selalu berusaha menyangkal bukti-bukti epidemiologis tentang dampak merokok mi pada kesehatan manusia.
Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Zat mi hanya ada dalam tembakau, sangat adiktif, dan mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang ingin berhenti menokok dan jumlah yang berhasil berhenti. Survei pada anak-anak sekolah usia 13? 15 tahun di Jakarta menunjukkan bahwa lebih dan 20% adalah perokok tetap dan 80% di antaranya ingin berhenti merokok tetapi tidak berhasil.
Di pihak lain, pajak pengusaha rokok dan cukai tembakau menyumbang pemasukan negara cukup besar. Pengusaha rokok merupakan salah satu di antara pembayar pajak terbesar di Indonesia pada 2002. Gukai temhakau merupakan 90% lebih dan total penerimaan cukai pada 2000. Industri pengolahan tembakau telah menyerap lebih dan 250 ribu karyawan dan merupakan 5,6% dan seluruh tenaga kerja jenis pengolahan pada tahun 2000. Berdasarkan fenomena di atas, mungkinkah pabrik rokok ditutup?
Orang Desa Paling Banyak Jadi Perokok
Sekitar 60% penduduk Indonesia berada di pedesaan dan sisanya di perkotaan. Survei sosial dan ekonomi nasional (Susenas) 1995 dan 2001 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang merokok di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Propinsi dengan persentase penduduk pedesaan yang merokok paling tinggi berturut-turut adalah Lampung (32%), Jawa Barat (31%), Kalimantan Barat (31%), dan Bengkulu (30%).
Propinsi dengan persentase penduduk perkotaan yang merokok paling tinggi adalah Jawa Barat, NTB, dan Lampung. Lampung dan Jawa Barat juga menjadi propinsi dengan persentase penduduk yang merokok paling tinggi secara nasional, sedangkan paling nendah adalah Bali. Dalam kaitan dengan penyuluhan antinokok, kedua propinsi itu perlu mendapat perhatian.
Pria Berpendidikan Rendah Lebih Banyak Jadi Perokok
Tingkat pendidikan penduduk Indonesia sangat beragam. Ada yang tidak sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar (SD), ada yang tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, dan ada pula yang berijazah Akademi/Universitas. Perilaku merokok akan herkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap rokok, dan pendidikan menjadi latar belakangnya.
Survei secara nasional tersebut juga menunjukkan bahwa pria yang tidak sekolah/tidak tamat SD merupakan perokok terbanyak. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin sedikit yang jadi perokok. Sedangkan wanita hanya sedikit yang jadi perokok.
Pria Muda Lebih Banyak Menjadi Perokok
Survei yang sama juga menemukan bahwa laki-laki remaja lebih banyak menjadi perokok dan hampir dua pertiga dan kelompok umur produktif adalah perokok. Selama 5 tahun, telah terjadi peningkatan kebiasaan merokok pada semua kelompok umur pria, sedangkan pada wanita terjadi penurunan.
Pada pria, prevalensi perokok tertinggi adalah kelompok umur 25 ?29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu rentang populasi penduduk. Sebagian besar perokok mulai merokok pada umur kurang dari 20 tahun dan separuh dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah merokok selama 30 tahun atau lebih. Lebih dan separuh penokok mengkonsumsi minimal 10 batang rokok per hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar