Entri Populer

Senin, 29 November 2010

Demensia Masih Bisa Disembuhkan


Demensia Masih Bisa Disembuhkan

  • Oleh Dwi Pudjonarkohttp://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/01/21/96004/Demensia-Masih-Bisa-Disembuhkan
Demensia atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai pikun sering dianggap proses yang normal pada orang tua, karena merupakan proses penuaan.

Pada kenyataannya sebagian besar demensia ini dapat dicegah atau diobati karena bersifat reversible atau potensial reversible bila terdeteksi dini dan dilakukan penatalaksanaan yang tepat.

Artikel ini akan membahas Demensia Vaskuler yang merupakan 50% jenis Demensia dikawasan Asia.

MAKIN lama usia harapan hidup (life expectancy) makin meningkat. Tahun 1990 usia harapan hidup 59,8 tahun, dengan kelompok usia lanjut ( lansia) 5,5%. Tahun 2000, usia harapan hidup 65 tahun, dengan kelompok lansia 7,28 %.

Sedangkan tahun 2020 usia harapan hidup diperkirakan 71,1 tahun dengan  kelompok lansia 11,34 % (diperkirakan berjumlah sebanyak 28 juta jiwa), ini merupakan peringkat tertinggi keempat setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India dan Amerika Latin. Dari kelompok lansia tersebut 15 % adalah penderita demensia.

Dengan demikiaan dapat dimengerti bahwa meningkatnya usia harapan hidup akan meningkatkan pula populasi demensia.

Pengaruh lain dari meningkatnya usia harapan hidup adalah meningkat pula penyakit kardiovakuler antara lain stroke yang  meningkat pada usia 65 tahun dan telah diketahui/disepakati sebagai penyebab demensia vaskuler.

Lansia selain mengalami kemunduran fisik juga sering mengalami kemunduran fungsi intelektual. Demensia yang dikenal sebagai pikun adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang akan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas harian seseorang.

Demensia dapat disebabkan oleh berbagai sebab, antara lain oleh penyakit yang menyangkut kesehatan umum seperti penyakit jantung, paru, ginjal, gangguan darah, infeksi, gangguan nutrisi, berbagai keadaan keracunan serta kelainan otak primer seperti stroke, infeksi dan proses degenerasi.

Sebagian besar demensia ini bersifat reversible atau potensial reversible bila terdeteksi dini, dengan kata lain dapat sembuh bila dilakukan penatalaksanaan yang tepat sebelum terlambat.

Atas dasar neuropatologi, demensia dibedakan menjadi dua kelompok ialah vaskuler (misalnya Demensia pasca stroke) dan demensia nonvaskuler (misalnya Demensia Alzheimer’s). Namun dalam beberapa hal masih sulit dibedakan terutama pada aspek faktor penyebab, gejala klinis, maupun penanganannya karena sering terjadi keadaan yang tumpang tindih.

Kesulitan tersebut dibuktikan bahwa ternyata  20-30% demensia Alzheimer’s juga mempunyai faktor risiko vaskuler (gangguan yang diakibatkan adanya masalah pembuluh darah) umum misal hipertensi/ darah tinggi, kadar kolesterol dan homosistein yang tinggi secara bersamaan.

Bila dibanding dengan demensia Alzheimer’s (DA) maupun demensia jenis lain (demensia Lewy bodies) maka demensia Vaskuler (DVa) menempati urutan kedua (15- 20 %).

Angka ini sangat bervariasi karena di Amerika dan Eropa DVa adalah 20-30 %, sedangkan di Asia justru  50% adalah DVa  dan apabila dilihat  dari etiologinya Demensia Pasca Stroke merupakan 15-30% dari demensia vaskuler.
Faktor Risiko Usia lanjut ditambah riwayat stroke sebelumnya, pendidikan rendah dan penyakit alzheimer asimtomatik secara konsisten meningkatkan risiko demensia pasca stroke. Penelitian 10 tahun terakhir menunjukan bahwa prevalensi demensia hampir 5% pada populasi usia di atas 65 tahun dan menunjukan peningkatan yang kuat sesuai bertambahnya usia, meningkat 14% pada usia 65-69 tahun dan  24% - 50 % pada usia  85 tahun ke atas. Peneliti lain mendapatkan risiko kumulatif setelah 3 tahun adalah 30%.

Telah disepakati hipertensi sebagai faktor risiko terhadap stroke dan penyakit jantung koroner. Juga telah terbukti pula bahwa pengobatan hipertensi pada usia lanjut dapat menurunkan secara bermakna angka kejadian stroke dan kematian kardiovaskuler. Pada tahun terakhir ini telah diketahui pula bahwa demensia dan penurunan fungsi kognitif juga bertambah sebagai akibat dari hipertensi..

Pada salah satu penelitian yang membandingkan antara 40 penderita stroke demensia dini dengan 31 penderita stroke non demensia menyimpulkan bahwa ternyata hipertensi terdapat paling sering  pada penderita dengan demensia.

Hasil-hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kemungkinan terjadi demensia pada:

Usia di atas  75 tahun adalah 2,5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan usia yang lebih muda; Etnis Asia, Caribia atau Afrika 1.9ñ3.4 kali lebih besar dibandingkan dengan etnis lain;

kelainan di belahan otak kiri 1,6 kali lebih besar daripada kanan; kelainan lapangan pandang 2 kali lebih besar daripada yang lapangan pandangnya normal dan pada inkontinensia urine (gangguan kencing) 4,8 kali lebih besar dibanding yang tak mengalami kelainan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar